03 Februari 2009

Semangat Laskar Pelangi di Baiturrahman


HIDUP adalah Ujian!

USTAD Kurniawan mengawali ceramahnya di Masjid Baiturrahman, perumahan Vila Bintaro Indah, Tangerang, Minggu pagi 1 Februari 2009, dengan tagline yang menggugah “Hidup adalah Ujian”. Dan…. ini yang membuat jamaah tergugah: sang ustad membawa Laskar Pelangi, novel superlaris Andrea Hirata yang diangkat ke layar lebar itu ke mimbar, sudut-sudut ruang suci, dan permukaan sajadah panjang terbentang. Seluruh jamaah, kaum lelaki dan perempuan serta anak-anak, terperangah. Salah satu di antaranya saya.

Sebuah teaser yang mengena dari sang ustad. Bagaimanapun, Laskar Pelangi sebagai buku dan film sudah masuk kategori “memassa”. Sama seperti “media massa” lainnya yang dibaca masal sejumlah banyak orang dalam waktu serentak. Besar kemungkinan, jamaah yang hadir saat itu juga termasuk orang-orang yang sedikitnya membaca Laskar Pelangi kalau tidak sempat menonton filmnya yang kelak masuk sebagai film nasional “immortal”.

Ustad mengisahkan kembali bahwa semangat untuk hidup, menjalani dan mengatasi kehidupan, harus ditunjukkan seperti semangatnya para anggota Laskar Pelangi. Tidak hanya sekolah yang menghadapi dan harus lulus ujian, tetapi hidup juga harus lolos dari sejumlah ujian. “Menunggu satu orang untuk genap menjadi sepuluh orang agar sekolah bisa terus berjalan, adalah ujian terberat bagi anggota Laskar Pelangi. Satu murid yang datang, yang meski maaf…. agak cacat mental, adalah hikmah sekaligus buah dari ujian,” kata ustad Kurniawan.

Dari teaser Laskar Pelangi yang membetot perhatian jamaah, ustad Kurniawan, masuk ke topik utama ceramah, yakni hidup adalah ujian… Saya meringkasnya sebagai berikut:

Tuhan menguji setiap ummatnya hanya dengan dua hal: kebaikan dan keburukan dengan kata lain kemudahan atau kesulitan. Dua-duanya adalah ujian. Saling bertolak belakang. Dua-duanya sama beratnya. Ada orang yang diuji dengan kebaikan atau kemudahan berupa kekayaan yang melimpah, jabatan yang tinggi dan pengaruh yang luar biasa besar di masyarakat. Sebaliknya, ada pula orang yang diuji dengan kesulitan hidup, kemiskinan, kesengsaraan, tanpa pekerjaan, serta tanpa pengaruh dan kekuasaan sedikit pun di masyarakat. Kunci hidup untuk menjalani dua ujian yang berbeda itu adalah: syukur dan sabar.

Sayangnya, kata ustad Kurniawan, “Orang yang diuji oleh kemudahan berupa kekayaan dan jabatan tinggi sering lupa sujud syukur, sering lupa bahwa semua kenikmatan yang telah diterimanya itu berasal dari Allah semata. Orang itu menjadi lupa, tidak amanah, dan tidak toleran terhadap sesamanya yang sedang diuji kesusahan. Sebaliknya orang yang sedang diuji kesulitan tidak pernah mau bersabar. Yang dilakukan malah menggugat Tuhan dan menyalahkan diri sendiri. Putus asa. Ujung-ujungnya bunuh diri.”

Ustad kemudian mencontohkan bagaimana Nabi Muhammad tidak bersedia menyolatkan orang yang mati bunuh diri meski para sahabat menyolatkannya karena si korban bunuh diri seorang muslim. “Itu menunjukkan bahwa Nabi tidak berkenan dengan orang-orang yang gagal menghadapi ujian hidup dengan cara bunuh diri!”

Saya terkesiap sekaligus terkesima mendengar penuturan ustad Kurniawan yang lugas, santun, dan dengan bahasa yang fasih ini. Sebagai penghormatan saya atas ceramahnya, saya berbagi foto Pak Ustad untuk pembaca Kompasiana seperti yang terlihat di atas, ustad yang saat itu mengenakan setelah koko hijau dan kpoiah hijau. Bagi yang tidak berkenan dengan laporan jurnalisme warga ini, silakan lewati dan abaikan saja. Terima kasih.

Citizen Journalism Project/Pepih Nugraha

Tidak ada komentar:

Tour de Flower, Taman Bunga Cipanas 10-10-10 (Seminggu Kemudian)

Pasir Muncang Mei 2010

Senyum dan Tawa Warga Kosong Dua

Tour D'cice'eng (18 Agustus 2008)

Letakkan Cursor, click di tempat yang disukai ntar ikannya akan memakan ,.. lucu ya.....!